Rabu, 15 Maret 2017

contoh karya tulis pengolahan pangan



KARYA TULIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN DAN KEAMANAN PANGAN









DISUSUN OLEH:
NAMA: Wury Yuanika (25)
      KELAS: XI MIPA 3




PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan berkat-Nya, saya dapat menyelesaikan “KARYA TULIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN DAN KEAMANAN PANGAN”.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu RR.Sri Rahayuningsih selaku guru mata pelajaran Biologi, yang telah memberi arahan dalam pembuatan karya tulis ini.Saya berharap karya tulis ini  bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan  bagi pembaca meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu saya berharap kritik dan saran yang bersifat membangun.
Saya juga berterima kasih kepada Ibu Rr. Yayuk Srirahayu selaku guru pembimbing mata pelajaran Biologi yang telah memberi arahan dalam pembuatan karya tulis ini.Saya berharap karya tulis ini  bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan  bagi pembaca meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu saya berharap kritik dan saran yang bersifat membangun.Terimakasih.

                                                                                                      Gunungkidul, 7 September 2016









DAFTAR ISI
PRAKATA 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
ISI 4
Keamanan Pangan 5
   Penggunaan Teknologi dalam Mencapai Keamanan Pangan 6
   Teknik pengendalian, pemantauan, dan identifikasi













PENDAHULUAN
Mendapatkan makanan yang aman adalah hak azasi setiap orang.Namun, pada kenyataannya, belum semua orang bisa mendapatkan akses terhadap makanan yang aman. Hal ini ditandai dengan tingginya angka kematian dan kesakitan yang diakibatkan oleh Penyakit Bawaan Makanan (PBM). Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makanan dalam mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang dikonsumsi. Problematika mendasar pengolahan makanan yang dilakukan masyarakat lebih disebabkan budaya pengelohan pangan yang kurang berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan pengetahuan sekaligus desakan ekonomi sehingga masalah pemenuhan dan pengolahan bahan pangan terabaikan.Secara umum PBM dapat diakibatkan oleh bahaya biologi dan kimia. Keamanan pangan merupakan hal yang penting dari ilmu sanitasi. Banyaknya lingkungan kita yang secara langsung maupun tidak tidak langsung berhubungan dengan suplay makanan manusia. Hal ini disadari sejak awal sejarah kahidupan manusia dimana usaha pengawetan makanan telah dilakukan, sepeti: penggaraman, pengawetan dengan penambahan gula, pengasapan dan sebagainya.
Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan konsumen. Teknologi pangan diharapkan berperan dalam perancangan produk, pengawasan bahan baku, pengolahan, tindak pengawetan yang diperlukan, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi produk sampai ke konsumen. Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu industri pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri dan konsumen, yang saat ini sudah harus memulai mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu pangan. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah terjaminnya pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya bagi kesehatan.Mengingat makanan harus tersedia setiap saat, sedangkan jumlah penduduk semakin bertambah, maka kita harus meningkatkan jumlah makanan.Selain jumlahnya yang cukup, makanan yang dikonsumsi harus mempunyai nilai gizi yang tinggi, bersih, dan aman.

ISI
Keamanan Pangan
Teknik Keamanan Pangan adalah cabang ilmu teknik yang mengkhususkan pada aplikasi prinsip ilmu teknik untuk menyelesaikan masalah keamanan mikrobial dan kimia pada produk pangan, sedangkan keamanan pangan itu sendiri adalah disiplin ilmu yang melakukan penanganan, penyajian, dan penyimpanan bahan pangan dengan cara sedemikian rupa agar terhindar dari penyakit yang bersumber dari bahan pangan (foodborne illness). Prinsip ini dapat diaplikasikan dalam perkembangan intervensi teknologi untuk dekontaminasi dan pengawetan pangan. Ilmu teknik yang terintegrasi dengan konsep mikrobiologi dan kimia memegang potensi yang cukup besar dalam pengembangan solusi non konvensional terhadap masalah keamanan pangan yang membahayakan. Pelanggaran terhadap keamanan pangan dapat terjadi ketika pemrosesan, penyimpanan, dan distribusi bahan pangan, baik itu berupa prosesnya maupun alat yang digunakan. Teknik keamanan pangan merupakan bagian yang tidak terpisah dari teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, ilmu pangan, dan teknologi pangan karena semuanya bertanggung jawab dalam hal pemrosesan bahan pangan sejak dipanen hingga siap dipasarkan.
Teknik keamanan pangan bukan mengenai investigasi dan pengecekan suatu proses maupun rantai produksi pangan, namun lebih kepada aplikasi teknik untuk menciptakan proses maupun rantai produksi pangan yang aman tanpa mengurangi kriteria yang dibutuhkan masyarakat mengenai produk pangan.
Prinsip ilmu teknik keamanan pangan dapat diaplikasikan di:
  • Pengendalian mikroorganisme pada sumber bahan pangan dan bahan mentah
  • Desain produk dan pengendalian proses
  • Aplikasi Good Hygienic/Manufacturing Practices (GHPs/GMPs)
  • Implementasi sistem Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) sepanjang rantai pengolahan pangan
Penyediaan produk pangan yang aman merupakan proses yang rumit, membutuhkan pengendalian terpadu sepanjang rantai produksi pangan dan konsumsinya. Peningkatan kepedulian terhadap keamanan pangan teah memicu pengembangan yang terus berlanjut dalam bidang teknologi pemrosesan. Para pakar di bidang teknik, mikrobiologi, kimia, dan cabang ilmu lainnya telah membawa peningkatan yang cukup berarti dalam kualitas dan keamanan pangan.
Pemrosesan pangan konvensional memanfaatkan proses termal (pemanasan, pendinginan, dsb) untuk membunuh atau menon-aktifkan kontaminan mikrobiologi. Namun, pemrosesan termal memicu perubahan fisik dan kimia pada bahan pangan. Pengawet kimia dan senyawa antimikroba alami juga telah digunakan secara ekstensif pada pengawetan pangan. Dalam dua tahun ini, sejumlah alternatif pengolahan pangan non-termal telah berkembang demi pengendalian kontaminan mikrobial dan pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap bahan pangan yang segar dengan proses pengolahan yang minimal.
Penggunaan Teknologi dalam Mencapai Keamanan Pangan
v Pemrosesan bertekanan tinggi
Pemrosesan bertekanan tinggi adalah metode di mana bahan pangan diberikan tekanan yang tinggi (hingga 700 MPa) dengan atau tanpa penambahan panas, untuk menon-aktifkan mikroba atau untuk mengubah sifat dan penampilan bahan pangan dengan maksud memenuhi keinginan konsumen.Pemrosesan ini dapat mempertahankan kualitas bahan pangan, mempertahankan kesegaran alaminya, dan memperpanjang umur simpan bahan pangan. Pemrosesan ini dapat digunakan baik pada bahan pangan cair maupun padat. Contoh bahan pangan yang sudah beredar yang telah mengalami pemrosesan ini adalah smoothies, guacamole, bahan pangan siap saji, kerang, ham, daging ayam, jus buah, dan salsa yang diproduksi oleh industri pengolahan pangan. Bahan pangan utama yang menjadi subjek pemrosesan ini adalah bahan pangan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi karena bisa dengan mudah menon-aktifkan mikroba di dalamnya. Makanan dengan tingkat keasaman yang rendah memiliki kesulitan terutama dalam mematikan spora atau bakteri yang dorman.
Tekanan bekerja pada semua titik dari produk dalam besaran yang sama, berbeda dengan pemrosesan termal terkait adanya gradien pemanasan yang mengakibatkan adanya perubahan yang dipicu oleh hal tersebut seperti browning, denaturasi, atau pembentukan lapisan[4].
Mikroorganisme dengan tingkat pertumbuhan yang eksponensial bisa lebih mudah dinon-aktifkan dibandingkan yang stasioner, dan bakteri gram positif lebih resistan dibandingkan [[bakteri gram negatif]]. Laporan penelitian juga menunjukkan bahwa pemrosesan dengan tekanan yang tinggi dapat digunakan untuk melawan hepatitis A pada kerang dan juga norovirus[8][9]. Penelitian mengenai inaktivasi spora bakteri membutuhkan tekanan tinggi dan temperatur yang sedang sekaligus. Hingga saat ini, jumlah strain bakteri Clostridium botulinum yang bisa dinonaktifkan dengan metode ini masih terbatas. Dan hingga saat ini, spora non-proteolitik tipe B adalah spora patogen yang paling tahan terhadap tekanan tinggi[10][11][12]. Dan di antara bakteri pembentuk endospora, Bacillus amyloliquefaciens menghasilkan spora yang paling tahan teradap tekanan tinggi.
Mikroorganisme
Perlakuan (Tekanan, MPa; Temperatur, oC; Waktu, menit)
Log pengurangan
Substrat
Bakteri vegetative



Campylobacter jejuni
300, 25, 10
6
Daging ayam
C. jejuni
400, 25, 10
6
Daging babi
Escherichia coli
350, 40, 5
>8
Jus
E. coli
475, 40, 8
2
Alfalfa
Listeria innocua
400, 20, 20
5
Daging sapi
Salmonela enterica
250, 40, 5
>8
Jus
Salmonella typhimurium
400, 25, 10
6
Daging babi
Staphylococcus aureus
500, 50, 15
>4
Kaviar
Vibrio parahaemolyticus
170, 23, 10
>5
Keju
Yersinia enterolitica
400, 25, 10
6
Daging babi
Bakteri pembentuk spora



Alicyclobacillus acidoterestris
621, 90, 1
6
Apel
Bacillus cereus
600, 60, 10
7
Susu
B. stearothermophilus
600, 90, 40
>5
Biji coklat
B. stearothermophilus
600, 120, 20
>6
Brokoli
B. stearothermophilus
700, 105, 5
>4
Telur dadar
Clostridium botulinum
600, 80, 16
>4
Wortel
C. botulinum
827, 75, 20
3
Daging kepiting
C. sporogenes
800, 90, 5
>5
Kaldu
Jamur dan ragi



Candida utilis
400, 25, 10
6
Daging babi
Penicillium roqueforti
400, 20, 20
6
Keju
Saccharomyces cerevisiae
100, 47, 5
3
Jus
Virus



Calicivirus
275, 21, 5
7
Kaldu
Hepatitis A
400, 9, 1
3
Kerang
Hepatitis A
375, 30, 5
>4
Strawberry
Hepatitis A
375, 30, 5
>4
Bawang
Poliovirus
450, 21, 5
8
Kaldu
v Pemrosesan dengan medan gelombang elektrik
Penghancuran mikroorganisme dengan medan gelombang elektrik dicapai dengan mengaplikasikan gelombang pendek bertegangan tinggi di antara serangkaian elektrode yang menyebabkan gangguan pada membran sel mikroba.Metode ini melibatkan pengolahan pangan dengan menempatkannya di antara rangkaian elektrode dengan gelombang bertegangan tinggi dalam ordo 20-80 kV/cm. Metode seperti ini bahkan bisa diaplikasikan untuk proses pasteurisasi. Hingga saat ini, teknologi yang tersedia hanya untuk bahan pangan yang bisa mengalir.
Banyak sel vegetatif dari bakteri, jamur, dan ragi yang bisa dinon-aktifkan dengan metode ini, namun spora bakteri tidak. Bakteri gram positif lebih resistan terhadap metode ini, dan ragi menunjukkan sensivitas yang lebih tinggi dari bakteri.
Gelombang pendek bertegangan tinggi memecah membran sel dari mikroorganisme vegetatif dalam media cair dengan cara mengembangkan pori-pori yang ada (elektroporasi) atau membuat pori-pori membran yang baru.Pembentukan pori tersebut bisa reversibel maupun irreversibel tergantung banyak faktor seperti intensitas medan listrik, durasi gelombang, dan jumlah gelombang. Membran sel yang terelektrifikasi menjadi sangat permeabel bahkan terhadap molekul yang kecil sehingga menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada membran sel.
Sejumlah faktor kritis pemrosesan, kondisi penelitian yang kurang spesifik, dan keragaman alat membuat metode ini sulit untuk didefinisikan secara tepat dalam hal parameter yang esensial untuk inaktivasi mikroba.
v  Irradiasi
Pada tahun 1990, irradiasi (radiasi ionisasi, ionizing radiation, merujuk pada "pasteurisasi dingin") telah disetujui oleh FDA sebagai metode pengurangan mikroba yang efektif dan aman untuk bahan pangan tertentu, termasuk rempah-rempah, daging ayam, telur, daging merah, makanan laut, kecambah, buah-buahan, dan sayur-mayur.Irradiasi mencakup penggunaan sinar gamma (dari Cobalt-60 atau Cesium-137), sinar beta, dan sinar X. Radiasi ini memberikan energi yang diperlukan untuk memindahkan elektron dari atom untuk membentuk ion atau radikal bebas namun tidak cukup tinggi untuk membuat produk pangan terpengaruh. Elektron yang terbebaskan menabrak dan memecah ikatan kimia dari molekul DNA mikroba dan menghancurkannya (Smith and Pillai, 2004). Tingkat pengurangan mikroba tegrantung pada dosis radioaktif (kGy) yang diserap oleh bahan pangan.
Faktor kunci yang mengendalikan ketahanan dari sel-sel mikroba terhadap irradiasi adalah ukuran organisme (semakin kecil organisme, semakin resistan), tipe organisme, jumlah dan usia relatif dari mikroba di dalam bahan pangan, dan keberadaan oksigen. Komposisi dari bahan pangan juga memengaruhi respon mikroba terhadap irradiasi.Perlakuan radiasi pada dosis 2-7 kGy, tergantung kondisi irradiasi dan bahan pangannya, bisa secara efektif mengurangi bakteri patogen yang tidak berspora seperti Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Campylobacter jejuni, Listeria monocytogenes, Escherichia coli, tanpa memengaruhi sifat organoleptik (rasa, bau, dsb), nutrisi, dan kuaitasnya.
v Disinfeksi ultraviolet
Ilustrasi disinfeksi yang dilakukan ultraviolet dengan merusak DNA mikroorganisme.
Cahaya ultra violet gelombang pendek (UV C, 254 nm) dapat digunakan untuk mengurangi keberadaan mikroba di udara maupun di permukaan bahan pangan. UV C juga dapat digunakan untuk mengurangi patogen dalam air. Jangkauan radiasi 250-260 nm mematikan bagi sebagian besar mikroorganisme, termasuk bakteri, virus, jamur bermiselium, ragi, dan alga.Kerusakan akibat UV C ada pada molekul sel yang menjadi target tergantung dosis UV C, misalnya pada dosis antara 0.5 - 20 J/m2 dapat mengakibatkan kerusakan pada DNA mikroba.Begitu DNA rusak, kemampuan reproduksi dan penyebaran penyakit menjadi tidak ada.
Sinar UV gelombang panjang (UV A, >320 nm) memiliki kemampuan terbatas dalam mengeliminasi mikroba, namun UV A mampu menembus air lebih baik dari UV C. Kemampuan UV A dalam mengeliminasi bakteri dapat ditingkatkan dengan penambahan senyawa fotosensitif (misalnya furocoumarin).
Parameter yang menentukan keberhasilan penggunaan sinar UV dalam teknik keamanan pangan adalah desain reaktor UV, dinamika fluida, dan sifat absorptivitas dari bahan pangan. Partikel tersuspensi dapat mengurangi efektivitas penggunaan UV karena menyebabkan meningkatnya jumlah absorban, pemantulan, dan penghalangan sinar UV.
Untuk mensterilkan udara dalam fasilitas manufaktur pangan, kombinasi filter udara dan cahaya UV amat direkomendasikan.Kombinasi UV dan ozon memiliki kekuatan mengoksidasi yang kuat dan dapat mengurangi jumlah material organik di dalam air hingga mendekati nol.Teknik penggunaan radiasi UV C dan panas sekaligus untuk produksi daging mentah berkualitas tinggi telah dipatenkan.
Meski relatif mudah dan tidak mahal, pemaparan sinar UV dapat menjadikan makanan kehilangan rasa.
v Ozon
Ozon adalah biosida yang efektif dalam melawan bakteri, virus, jamur, dan telah lama digunakan dalam pembersihan bahan pangan tanpa pencucian. Konsentrasi ozon yang rendah dengan waktu kontak yang sempit cukup untuk mematikan bakteri, jamur, ragi, parasit, dan virus.Sekarang, ozon dalam bentuk gas dan cair dapat digunakan dengan kontak langsung terhadap bahan makanan seperti buah-buahan, sayur-mayur, daging mentah maupun daging siap makan, ikan, dan telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spora bakteri merupakan yang paling resistan, dan sel vegetatif bakteri adalah yang paling sensitif terhadap ozon. Dalam proses sanitasi, air yang diperkaya dengan ozon diketahui dapat mengurangi populasi Staphylococcus aureus, Salmonella chloraesuis, dan Pseudomonas aeruginosa sebanyak 6 log; Escherichia coli sebanyak 5 log; dan Listeria monocytogens dan Campylobacter jejuni sebanyak 4 log[8], di mana 1 log adalah 101.
Di antara spora yang dihasilkan berbagai jenis bakteri, spora Bacillus stearothermophilus memiliki resistansi tertinggi, dan spora Bacillus cereus memiliki resistansi terendah, sehingga B. stearothermophilus dapat digunakan sebagai indikator efektivitas suatu alat sanitasi yang menggunakan ozon.Ozon dalam larutan cair dapat digunakan dengan alat-alat yang terbuat dari keramik, gelas, silikon, teflon, dan baja tahan karat, namun tidak cocok digunakan dengan alat yang terbuat dari karet alam, poliuretan, dan plastik berbasis resin.
Perbandingan antara masing tipe aplikasi teknologi dalam teknik keamanan pangan
Sifat
Pemrosesan termal
Pemrosesan bertekanan tinggi
Pemrosesan medan gelombang listrik
Irradiasi
Disinfeksi ultraviolet
Ozon
Cara pengoperasian
Curah, kontinu
Curah, semi kontinu
Kontinu
Curah
Curah, kontinu
Curah, kontinu
Luas cakupan penggunaan
Bahan pangan padat dan cair
Bahan pangan padat dan cair
Bahan pangan cair dan semi cair
Bahan pangan padat dan cair
Udara, air minum, bahan pangan cair, dan permukaan bahan pangan
Permukaan bahan pangan
Inaktivasi mikroba
Mikroorganisme vegetatif, spora, alga, virus
Mikroorganisme vegesatif, beberapa virus, dan kemungkinan juga spora (ketika dikombinasikan dengan panas)
Mikroorganisme vegetatif
Mikroorganisme vegetatif, spora, parasit
Mikroorganisme vegetatif, alga, virus
Mikroorganisme vegetatif, spora, parasit, virus
Kualitas
Mempengaruhi komponen yang sensitif terhadap panas (rasa, nutrisi, dsb); menon aktifkan enzim
MEmpertahankan kualitas alaminya; berpotensi menghasilkan bentuk tekstur tertentu; efek bervariasi terhadap inaktivasi enzim
Menyebabkan efek minimal; efek berariasi terhadap inaktivas enzim
Beberapa kehilangan rasa dan vitamin; perubahan pada tekstur
Kehilangan rasa pada beberapa bahan pangan
Penggunaan berlebih akan memengaruhi warna dan rasa
Pengemasan
Pemrosesan setelah pengemasan atau pengemasan aseptik setelah pemrosesan
Pemrosesan setelah pengemasan (membutuhkan kemasan yang fleksibel minimal pada satu bidang permukaan)
Pengemasan aseptik setelah pemrosesan
Pemrosesan setelah pengemasan (dibutuhkan kemasan yang mampu mentransmisikan radiasi)
Pengemasan aseptik setelah pemrosesan
Pengemasan aseptik setelah pemrosesan
Teknik pengendalian, pemantauan, dan identifikasi
Sebanyak 38% produk makanan yang ditarik oleh FDA pada tahun 2004 terkait dengan kontaminasi mikroba, dan juga 44% produk daging, daging ayam, dan telur oleh USDA Food Safety and Inspection Service.Dan sepanjang 20 tahun terakhir, 5000 produk yang ditarik dari pasar menunjukkan adanya Salmonella typhimurium, Listeria monocytogenes, dan Escherichia coli. Hal ini menjadikan pendeteksian dan identifikasi patogen pada bahan pangan yang cepat, efisien dan dapat diandalkan menjadi suatu kebutuhan.
Pendeteksian patogen dan kontaminan mikroba lainnya penting demi menjamin keamanan pangan. Metode konvensional dalam pendeteksian patogen bahan pangan memakan banyak waktu dan tenaga. Untuk menyelesaikan seluruh fase pemeriksaan dibutuhkan 16-48 jam. Penemuan terbaru di bidang teknologi menjadikan pendeteksian dan identifikasi lebih cepat, nyaman, sensitif, dan lebih spesifik dibandingkan pengujian konvensional.
Ada banyak metode yang dilakukan dalam teknik pengendalian, pemantauan, dan identifikasi dalam teknik keamanan pangan.
*   Media mikrobiologis kromogenik
Salah satu penemuan yang terkenal dalam bidang mikrobiologi adalah piringan media kromogenik yang mampu membedakan spesies patogen berbahaya dari spesies lainnya. Media ini memanfaatkan substansi kromogenik yang menghasilkan sekumpulan warna yang terkait dengan spesies patogen tertentu ketika substrat ini mengalami hidrolisis oleh enzim patogen tersebut. Piringan kromogenik mudah digunakan dan spesifik terhadap spesies patogen dan strain tertentu tergantung enzim yang dikeluarkan oleh patogen tersebut. Dan pada umumnya, hasilnya bisa terlihat setelah 18-24 jam setelah inkubasi. Hal ini memungkinkan bagi perusahaan makanan untuk meminimalisasi biaya terkait dengan hal yang serupa, dan waktu yang terpakai bisa jauh berkurang.
*   Metode pengujian molekuler dan imunologik
Pendeteksian berbasis teknologi molekular atau DNA adalah salah satu area yang mengalami perkembangan yang cepat terkait pengembangan sistem pengujian patogen. Pengujian berbasis imunologik seperti pengujian imunologik terkait enzim (Enzyme-Linked Immunological Assay, ELISA), pengujian imunologik berlapis berbasis fluoresensi (fluorence-based sandwich immunological assay), Western blot, dan pengujian aglutinasi juga dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan mikroba di dalam bahan pangan.Secara umum, kelemahan metode ini adalah ketidak mampuan dalam mendeteksi keberadaan patogen yang terdapat dalam jumlah yang kecil, sensitivitas yang bervariasi, dan kemungkinan untuk melakukan isolasi pengkulturan untuk satu organisme
Kuncinya ada pada DNA dari bakteri patogen itu sendiri dan komponen yang ada di sekitarnya. Pada pengujian berbasis DNA, yang menjadi target adalah gen RNA ribosom yang dapat diambil dalam jumlah banyak sehingga memberikan sensitivitas pengujian yang lebih tinggi.Ada juga yang memanfaatkan reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction, PCR) yang memanfaatkan prinsip dasar hibridisasi DNA di mana potongan pendek DNA primer dihibridisasi pada bagian yang spesifik yang diperbanyak secara enzimatis.Secara teori, PCR dapat memperbanyak satu salinan DNA menjadi jutaan dalam waktu kurang dari 2 jam sehingga mengurangi dan bahkan meniadakan kebutuhan terhadap pengkulturan bakteri. Kehadiran inhibitor pada makanan dan pada banyak media kultur dapat mencegah terjadinya pengikatan primer dan mengurangi efisiensi perbanyakan DNA sehingga sensitivitas yang tinggi yang mungkin didapat dari PCR pada kultur murni menjadi berkurang ketika dilakukan pengujian terhadap bahan pangan. PCR juga dibatasi oleh kebutuhan terhadap informasi yang spesifik terhadap patogen yang menjadi target. PCR juga tidak dapat digunakan untuk mendeteksi jumlah jenis organisme yang banyak dalam suatu campuran secara simultan.
ELISA (enzyme-linked immunological assay) adalah teknik biokimia yang digunakan untuk mendeteksi antibodi atau antigen dari sampe.Antibodi yang digunakan dipertemukan dengan enzim yang akan menghasilkan efek kromogenik atau fluoresensi yang akan memberikan tanda kehadiran bakteri dan seberapa besar jumlahnya, tergantung waktu yang digunakan untuk melakukan pengayaan kultur.
*   Biosensor
Biosensor adalah metode yang dikembangkan untuk mendeteksi mikroorganisme dan toksin yang berbahaya. Biosensor menggunakan bioreseptor seperti biokatalis, bioafinitas, dan reseptor hibrida untuk mengenali berbagai tanda khusus yang akan terikat dengan bioreseptor seperti enzim, antibodi, mikroba, protein, hormon, asam nukleat, dan sebagainya; lalu transduser akan mengubah sinyal itu ke dalam informasi analitik kuantitatif. Prinsipnya sederhana, patogen dideteksi berdasarkan karakteristiknya, misalnya enzim yang dikeluarkannya. Enzim itu akan berikatan dengan senyawa pengenal yang ada pada biosensor, misalnya protein yang mampu membuat enzim itu bekerja. Hal itulah yang dideteksi oleh biosensor. Dan seberapa banyak hasil pekerjaan dari enzim yang menjadi target biosensor menunjukkan berbagai nilai kuantitatif seperti seberapa banyak patogen yang terdapat dalam bahan pangan, seberapa berbahaya enzim tersebut (jika enzim itu yang menjadikan bahan pangan beracun), dsb.
Pengukuran jumlah zat yang dihasilkan oleh kerja enzim ataupun reaksinya diukur dengan berbagai tipe transduser seperti peralatan elektrokimia (amperemeter, potensiometer, konduktimeter) yang mengukur mobilitas ion, difusi elektron, muatan kimia, dsb; termal yang mengukur perubahan temperatur; optis yang mengukur absorpsi, reflektansi, atau emisi radiasi elektromagnetik; dan piezoelektrik yang mengukur perubahan massa atau viskositas skala mikro. Metode biosensor menjanjikan durasi pendeteksian antara 0.5-2 jam lamanya
Kelemahan biosensor adalah kemungkinan adanya interaksi antara  biosensor dengan bahan pangan, kalibrasi, perawatan, sterilisasi, tingkat reproduksi alat biosensor di pabrik, dan biaya.
*   Spektrometri inframerah                                                   
Spektrum absorpsi inframerah untuk Salmonella enteric.
Spektrometri inframerah adalah metode pemanfaatan spektrum yang dihasilkan dari pemancaran inframerah terhadap sampel. Spektrum yang dihasilkan berupa tingkat reflektansi, transmisi, ataupun keduanya yang dapat ditangkap langsung, atau tingkat absorbansi yang didapat dari hasil kalkulasi. Setiap bakteri, ragi, dan mikroorganisme lainnya yang berada di dalam bahan pangan dapat dikarakterisasi menggunakan metode ini. Spektrum yang dihasilkan spesifik terhadap spesies dan strain bakteri tertentu. Spesies yang tidak diketahui pun bisa diketahui keberadaannya dengan menganalisa spektrum yang didapat di mana setiap jenis komponen organik dari bakteri (lipid, protein, hingga DNA)  akan mengabsorpsi inframerah pada frekuensi tertentu.
Teknologi Pengolahan Pangan
Ø Proses Pengeringan
Hall (1957) menyatakan proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat lajukerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah.Pengeringan adalah metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air   dari   suatu   bahan   dengan   cara   menguapkannya   hingga   kadar   air kesetimbangan dengan kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi.  Sedangkan dehidrasi adalah proses pengeluaran atau penghilangan air dari suatu   bahan   dengan   cara   menguapkannya hingga  kadar   air   yang   sangat rendah mendekati nol.
Ada 4 metode pengeringan yang sekarang dilakukan. Semua cara tersebut telah disesuaikan dengan jenis komoditi dan kemampuan serta teknologi yang ada.
1. Pengeringan Langsung atau Penjemuran (Sun Drying).
    Penjemuran merupakan pengeringan alamiah dengan menggunakan sinar matahari   langsung   sebagai   energi   panas.   Pengeringan   secara   penjemuran memerlukan tempat yang luas, wadah penjemuran yang luas serta waktu yang lama   dan   mutu   yang   sangat   bergantung   dengan   cuaca   tetapi   biaya   yang dikeluarkan lebih sedikit. Hasil yang diperoleh seringkali mengalami kerusakan oleh mikrobia dan lalat karena factor lama penjemuran
Ada 3 macam alat pengering dengan bertenagakan sinar matahari:
a. Tipe absorpsi dimana produk langsung dipanaskan dengan sinar    matahari.
b. Alat   pengering  tidak   langsung  atau   tipe   konveksi   dimana   produk   kontak
dengan udara seperti pada alat dehidrasi konvensional.
c. Alat pengering dengan system kombinasi kedua tipe diatas.

2. Pengeringan Buatan (Artificial Drying)
Pengeringan buatan atau sering disebut pengeringan mekanis merupakan  pengeringan   dengan   menggunakan   alat   pengering.   Tinggi   rendahnya   suhu,kelembaban udara,  kecepatan   pengaliran   udara   dan  waktu pengeringan  dapat diatur sesuai dengan komoditi yang dikeringkan.   Pengawasan yang tidak tepat dari factor diatas dapat menyebabkan case hardening yaitu suatu keadaan dimana bagian permukaan bahan telah sangat  kering   sedangkan  bagian dalam bahan masih basah. Hal ini terjadi apabila penguapan air pada pemukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam bahan menuju permukaan.
Jenis pengeringan pengering buatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a.   Pengeringan Adiabatik
Merupakan pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara panas. Udara yang telah dipanaskan memberi panas pada bahan pangan yang akan dikeringkan. Alat pengering yang termasuk kelompok ini antara lain;
b.   Pengering cabinet
Pengering ini terdiri dari suatu ruangan dimana rigen-rigen utuk produk yang dikeringkan  dapat   diletakkan   didalannya.   Didalam   pengering  yang   berukuran besar,   rigen-rigen   pengering   disusun   diatas   kereta   untuk   mempermudah penanganannya; dalam unit yang berukuran kecil, rigen-rigen pengering dapat disusun diatas suatu penyangga yang tetap didalam pengering tersebut. Udara dihembuskan   dengan   menggunakan   kipas   angin   melalui   suatu   pemanas   dan kemudian menembus rigen-rigen pengering yang berisi bahan. Pada umumnya pengering ini digunakan   untuk penelitian dehidrasi  sayuran   dan buah-buahan dalam laboratorium. Selain pengering cabinet juga ada  bed dryer, air lift dryer, maupun vertical down
flow concurrent dryer.
c. Pengeringan isothermik
Merupakan pengeringan pengeringan yang  didasarkan   atas adanya kontak
langsung antara bahan pangan dengan lembaran logam yang panas. Pengering
yang termasuk kelompokini ialah; drum dryer, shelf dryer, dan continous vacuum
dryer.

3. Pengeringan Secara Pembekuan (Freeze Drying)
Pada pengeringan ini digunakan prinsip sublimasi, dimana bahan pangan dibekukan terlebioh dulu dan air dikeluarkan dari bahan secara sublimasi dalam kondisi tekanan vakum. Jadi langsung dari bentuk padat menjadi gas atau uap, dan proses ini dilakukan dalam vakum (tekanan < 4 mmHg). Suhu yang digunakan pada system ini adalah sekitar (-10C), sehingga kemungkinan kerusakan kimiawi maupun mikrobiologis dapat dihindari. Hal ini menyebabkan hasil mempunyai citarasa tetap dan rehidrasi yang baik.
4.   Pengeringan Secara Osmotik ( Osmotic Dehydration)
Didasarkan atas proses osmosis yang dapat digunakan untuk memindahkan air dari larutan encer kelarutan yang lebih pekat melalui lapisan semipermeabel. Proses pemindahan berlangsung  sampai terjadi keseimbangan antara larutan gula dengan bahan yang dikeringkan. Dari beberapa cara diatas didasarkan atas biaya, pengeringan   matahari   lebih   menguntungkan,   tetapi   didasarkan   atas   waktu pengeringan   dan   kualitas,   dehidrasai   lebih   menguntungkan.   Selanjutnya pengeringan   matahari   tidak   dapat   dipraktekkan   secara   luas,   karena   beberapa daerah yang sesuai untuk pemukiman dan mengusahakan pertanian memiliki kondisi cuaca yang tidak baik (Desrosier, Norman W, 1988). Beberapa keuntungan dari pemakaian teknologi pengeringan pada sayur dan buah antara lain: bahan menjadi lebih awet, volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan pengangkutan, dengan demikian   diharapkan   biaya   produksi   menjadi   lebih   murah.   Sedangkan   sisi kerugiannya   antara   lain:   terjadinya   perubahan   sifat   fisis   seperti   pengerutan, perubahan warna, kekerasan dan sebagainya. Perubahan kualitas kimia antara lain: penurunan kandungan vitamin C maupun terjadinya pencoklatan demikian pula kualitas organoleptisnya (Susanto, 1994).
Tujuan dari pengeringan, yaitu:
1. Daya simpan bahan lebih lama karena kadar air dalam bahan relatif lebih rendah   sehingga   kerusakan   enzim   maupun   mikroorganisme   dapat   lebih ditekan.
2. Dapat dihasilkan produk yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
3. Mempermudah   distribusi   karena   umumnya   bahan   yang   telah   dikeringkan mempunyai berat yang lebih ringan dan bentuk lebih ringkas.

Ø Teknologi pengolahan minimal
Minimally processed  atau  pengolahan  minimal merupakan serangkaian perlakuan terhadap buah-buahan atau sayuran segar untuk menghilangkan bagian- bagian yang tidak dimakan serta melakukan pengecilan ukuran (pemotongan atau pengirisan)   sehingga  mempercepat   penyajian.   Teknologi   pengolahan   minimal didefinisikan sebagai  kegiatan pengolahan yang  mencakup pencucian, sortasi, pembersihan,   pengupasan,   pemotongan   dan   lain   sebagainya   yang   tidak mempengaruhi   sifat-sifat   mutu   bahan   segar,   khususnya   kandungan   gizinya (Shewfelt et al., 1987). Kelebihan dari buah-buahan dan sayuran yang terolah minimal selain kemudahan dalam penyajian adalah memungkinkan   konsumen melihat secara langsung  kondisi bagian  dalam produk sehungga  menawarkan mutu yang lebih terjamin. Cara pengolahan minimal buah-buahan/ayuran dan teknik pengemasan yang tepat merupakan kunci utama dalam mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan produk.
Secara umum, proses pengolahan minimal buah-buahan dan sayur-sayuran meliputi tahapan-tahapan seperti yang pada diagram alir (gambar 2). Buah-buahan dan sayuran utuh sebagai bahan baku hendaknya memiliki kualitasa yang baik. Sebelum pengemasan, buah-buahan dan sayuran utuh dapat diberikan perlakuan tambahan   yang   bertujuan   untuk   memperpanjang   umur   simpan.   Pengemasan dilakukan dengan teknik tertentu sehingga dapat memperpanjang masa simpan. Penyimpanan dilakukan pada suhu rendah sesuai yang direkomendasikan, tidak boleh menyimpan pada suhu terlalu rendah karena dapat menyebabkan kerusakan dingin (chilling injury). Penyimpanan pada suhu  rendah dapat menekan aktivitas respirasi dan metabolisme, menekan kehilangan air dan pelayuan, perubahan warna dan tekstur, menunda proses pelunakan, serta mencegah keusakan akibat aktivitas mikroba.
Dalam pengolahan dan pendistribusian hasil olahan minimal buah-buahan dan sayuran, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain yaitu faktor geografis antara daerah panen dan konsumen, tingkat kerusakan produk, karakteristik mutu, tingkat ekonomi, dan pasaran untuk  produk  Permasalahan yang mendasar dalam peningkatan daya simpan olahan minimal buah-buahan dan sayuran adalah jaringan buah dan sayuran masih dalam keadaan hidup, dimana masih terjadi proses respirasi yang melibatkan reaksi-reaksi kimia dan adanya daur hidup mikrobiologi yang harus dihambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas   produk   hasil   olahan   minimal   buah   dan   sayuran   meliputi   kondisi pertumbuhan, kultivar dan tingkat kematangan saat panen, cara pemanenan, serta lama penyimpanan dan kondisinya.
Pada proses persiapan untuk produk olahan minimal seperti pengupasan dan pengirisan buah, terdapat kemungkinan terjadinya luka pada jaringan buah atau sayuran. Terbukanya jaringan tersebut akan memperpendek daya simpan buah, yang juga menyebabkan terjadinya hal-hal seperti di bawah ini :
a.      Percepatan produksi etilen.
Jaringan yang terbuang pada beberapa bagian buah atau sayuran dapat mempercepat laju produksi etilen. Produksi etilen akibat luka pada saat sebelum proses klimakterik dan pada saat klimakterik buah akan lebih besar daripada setelah   melewati   proses  klimakterik.   Produksi   etilen   tidak   berpengaruh   pada tingkat kematangan pada buah non-klimakterik. Peningkatan etilen akibat luka jaringan dapat menyebabkan perubahan fisiologi   dan   berakibat   pada   kualitas   produk   yang   meliputi   peningkatan permeabilitas   sel,   peningkatan   kerusakan   dan   aktivitas   respirasi,   serta meningkatnya aktivitas enzim.
b.Degradasi membran lemak
Kerusakan pada sistem membran akan menyebabkan hilangnya beberapa enzim dan substrat. Produksi etilen akibat luka jaringan juga dapat meningkatkan permeabilitas membran dan pengurangan biosintesis fosfolipid .
c.Peningkatan respirasi
Adanya perlakuan sel akibat pengupasan akan meningkatkan laju respirasi sehingga degradasi pati meningkat, begitu pula  dengan aktivitas metabolism lewat jalur TCA (Three Carboxylic Acid) yang mengaktifkan transpor elektron.  Peningkatan laju respirasi yang terjadi pada hasil olahan minimal berkisar dari  2  hingga 10 kali daripada   buah   tanpa perlakuan  minimally   process. Peningkatan respirasi merupakan akibat dari beberapa reaksi biologis yang dapat mengubah warna, flavor, tekstur, dan kandungan gizi. Perubahan reaksi biokimia yang terjadi dalam sel meliputi stimulasi penguraian karbohidrat, pengaktifan glikolisis, pengaktifan aktivitas mitokondria, serta peningkatan sintesa protein dan aktivitas enzim.
d.Oksidasi pencoklatan
Daya simpan olahan minimal buah-buahan dan sayuran dapat ditentukan dengan enzim pencoklatan selama penyimpanan, dimana reaksi pencoklatan ini dapat dihambat dengan penyimpanan pada suhu rendah. Perubahan warna yang terjadi   pada   permukaan   potongan   buah   atau   sayuran   dapat   diakibatkan   oleh rusaknya beberapa jaringan penyusun, terutama pada sel jaringan yang pecah, yang kemudian mengalami kontak dengan udara sehingga terjadi oksidasi.
e.Kehilangan air
Pemotongan atau pengupasan buah dan sayuran mempengaruhi jaringan dan   meningkatkan   laju   penguapan   air.   Perbedaan   laju   kehilangan   air   antara permukaan buah yang belum terpotong dan sudah terpotong / teriris berkisar antara 5 hingga 10 kali. Pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan. Adanya wadah atau kemsan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran atau kontaminasi serta gangguan fisik (gesekan dan benturan). Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik bagi konsumen. Namun demikian, karena produk yang dikemas adalah benda hidup yang dicirikan oleh adanya aktivitas respirasi, maka pelu memperhatikan   beberapa   hal   agar   produk   yang   dikemas   tidakmmengalami kerusakan. Diantaranya adalah (1) kemasan tidak boleh kedap  gas,  (2)  dapat memberikan   efek   atmosfir   termodifikasi   (menurunkan   konsentrasi   O2 dan meningkatkan konsentrasi CO2), dan  (3) tidak mencemari atau bereaksi dengan produk yang dikemas.



KESIMPULAN

       Keamanan pangan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga keamanan pangan perlu ditangkatkan untuk mendapat kualitas pangan yang lebih baik.Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi dalam pengolahan pangan.Hal ini dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kerusakan pangan yang salah satunya disebabkan oleh mikrororganisme atau faktor lainnya






DAFTAR PUSTAKA

http://sittiasniar.blogspot.co.id/2014/03/makalah-keamanan-pangan.html?m=1

1 komentar:

  1. online casino for real money | Kadangpintar
    BetMGM online casino games and slots - Join now for a kadangpintar chance to win great bonuses 바카라 사이트 with great rewards, as well as free spins. 제왕카지노

    BalasHapus